Indonesia Pilih AIIB untuk Pendanaan Ibu Kota Baru
Foto : DOK KEMENTERIAN PUPR
Desain ibu kota baru Indonesia di Kalimantan Timur.
JAKARTA – Indonesia lebih memilih Bank Investasi Infrastruktur Asia (Asian Infrastructure Investment Bank/AIIB) untuk mendanai pembangunan ibu kota baru senilai 466 triliun rupiah atau sekitar 31 miliar dollar AS.
“Bank itu menawarkan opsi yang lebih fleksibel dalam memberikan pinjaman, seperti mendanai kemitraan publik-swasta, dibandingkan dengan Bank Dunia atau Bank Pembangunan Asia yang berbasis di Manila. Jika kami menggunakan multilateral gaya lama, kami tidak dapat mencapai target kami untuk memulai relokasi ke ibu kota baru pada tahun 2024,” kata Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, Menteri PPN/Kepala Bappenas, Kennedy Simanjuntak, seperti dikutip Financial Times edisi Senin (2/12).
Selain itu, Kennedy mengatakan bahwa ukuran AIIB yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan lembaga multilateral yang lebih mapan, membuatnya lebih lincah dan terbuka dalam hal struktur pendanaan yang inovatif.
AIIB yang didirikan atas inisiatif Tiongkok sempat ditentang Amerika Serikat karena khawatir akan menyaingi Bank Dunia. AIIB baru mulai beroperasi pada 2016 dan saat ini telah menyalurkan pendanaan hingga 8,53 miliar dollar AS dengan 46 proyek yang telah disetujui. Beberapa tema prioritas yang menjadi kriteria dari pendanaan AIIB merupakan infrastruktur yang berkelanjutan, mendukung konektivitas antarnegara, juga memobilisasi modal swasta.
AIIB telah menyatakan siap membantu rencana Indonesia pemindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Pulau Kalimantan. Berdasarkan desain awal, pembiayaan megaproyek itu diharapkan berasal dari kas negara dan keterlibatan sektor swasta.
“Jika mereka ingin kita terlibat dalam pengembangan modal baru, saya sangat senang melakukannya,” kata Presiden AIIB, Jin Liqun, dalam sebuah wawancara, Selasa pekan lalu.
Jin menyampaikan tawaran yang sama kepada Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam kesempatan tersebut, sembari memperingatkan pemerintah agar menghindari membangun kota lain seperti Jakarta, yang terlalu padat dan rawan banjir karena terlalu banyak mengeksploitasi air tanah.
Sri Mulyani menyambut tawaran itu, dengan mengatakan pemerintah membutuhkan waktu untuk mengajukan pinjaman karena masih menunggu hasil studi kelayakan oleh McKinsey & Company.
“Mendapat pendanaan dari bank pembangunan multinasional adalah baik, dalam hal tidak hanya pendanaan, tetapi juga memperkenalkan prinsip-prinsip yang baik,” katanya pada wartawan.
Pemerintah menargetkan memulai pembangunan ibu kota baru pada 2021 dan 1,5 juta pegawai negeri diharapkan mulai pindah ke lokasi itu pada 2024.
AIIB juga mempertimbangkan untuk membiayai proyek satelit di Indonesia untuk meningkatkan kecepatan internet bagi sekitar 45 juta orang di daerah terpencil, di mana infrastruktur kabel serat optik masih menjadi sesuatu yang terlalu mahal. FT/SB/AR-2
View Comments
untuk teman teman yang ingin bergabung bersama yang kami, yuks.. jangan buang waktu segera buktikan kalau Sport165 titik co paling best ya guys...
Submit a Comment